Permasalahan tiba tidak cuma sekali 2x, bahkan juga permasalahan yang belum teratasi umumnya permasalahan lain tiba terus-menerus. Rasanya hati dan pemikiran telah tidak dapat kembali meredam rasa berduka, kalut dan geram. Ada saatnya pengin menangis, di sisi lain menangisi permasalahan bukan jadi jalan keluar yang bagus. Tetapi mengapa ada orang yang dengan gagahnya larang kita untuk menangis, memilihkannya beberapa pilihan yang kita kira “omong kosong” semata. Jika kita dapat menangis, dan harus menangis, mengapa tidak?

Menangis bukan kasus cengeng atau tidak idealis, ini hal hati dan hati, dan cuman yang rasakan kesakitanlah yang berkuasa atas dirinya. Dalam soal apa saja saat menangis dibutuhkan, tidak jadi permasalahan. Batasnya ialah sering menangis bukan langkah yang pas hadapi tiap permasalahan. Saat kita perlu istirahat, menyampingkan sesaat egoisme dan melepaskan kedok senyuman simpul itu, menangislah dalam arif dan khusyuk. Baca yok argumen yang arif buat menangis agar seseorang memahami kesakitan kita itu bukan main, kita perlu istirahat!

Bukan cengeng! Tidak ada yang keliru dengan menangis asal tidak selalu mengenai minta bantuan atau merendahkan diri kita, apa lagi menyumpah nikmat Tuhan. Terkadang stress sebab banyak permasalahan atau pekerjaan yang perlu dituntaskan tidak akan menjumpai jalan keluar jika lagi dipikir. Dengan menangis, semua beban yang merintangi jalan memikir itu makin lama akan lunak dan raib.

Berlaku seakan sarat dengan keteguhan malahan menggeretmu dalam kesakitan yang berlipat ganda. Menangis dan mengeluhi nasib yang lagi jauh dari peruntungan malah bawa kita pada kejujuran hati, melepas kemelut dan pada akhirnya kelegaan hati lah yang membuat rasa sukur itu tercipta kembali, penyesalan juga hancur.

error: Content is protected !!