Entahlah mengapa kamu berasa belakangan ini sangat banyak undangan pernikahan dari rekan-rekan sepermainan. Rekan yang dahulu lakukan hal menggila dengan kamu, dari absen berjamaah, nginep di dalam rumah rekan sampai membuat gagasan berlibur. Eh, saat ini mereka sudah jadi manten, bahkan juga tidak sedikit dari mereka yang sudah pada gendong anak. Jadi, ayah atau ibu muda.

Percakapan mereka juga sudah berbeda. Tidak lagi masalah berlibur, jalan bersama, kapan nyalon, atau memburu barang diskonan. Mereka mulai terlibat perbincangan masalah resep olahan untuk suami, jadi orangtua, dan kasus rumah tangga yang lain. Saat itu juga kamu mulai berasa tersingkir sekalian tidak lagi sisi dari perbincangan.

Sekian tahun lalu, bayang-bayangmu mengenai pernikahan ialah suatu hal masihlah jauh untuk dicapai. Untuk kamu yang perlu ialah berhasil raih mimpi dan menyenangkan orang-tua. Tetapi, tiba-tiba ketenangan hidupmu terbuncang saat mengetahui jika teman dekat sepermainanmu telah bertukar peranan jadi istri dan ibu rumah-tangga. Bukanlah iri, kamu hanya ingin tahu saja. Jodohmu sesungguhnya sedang nyangkut di mana?

Melly: Duh, kurang lebih cemilan apa ya yang pas buat bayi seumuran 8-9 bulan begitu?

Dina: Jika waktu anak sulung, seinget gue sich, gue buatkan puree buah begitu.

Dila: Nah, iya! Puree buah.

Rahma: Anjuran gue sich, biskuit bayi saja. Jika lo tidak mau repot.

Kamu: (membatin dalam hati) Elah, jodoh saja belum terlihat, sudah obrolin makanan bayi saja.

Oke, kamu memahami sekali jika ngobrolin masalah parenting itu tidak harus menanti untuk menikah dahulu. Tetapi pada keadaan di mana kamu masih sendiri, dengar percakapan ala-ala pengantin baru dan ibu muda dapat membuat kupingmu panas. Akhirnya kamu hanya dapat duduk diam dan tidak tahu ingin turut menerpali apa.

Yeay! Kamu jadi bebas meningkatkan diriā€¦ lewat favim.com

error: Content is protected !!