Entahlah kenapa di jaman yang super repot sekarang ini, pertimbangan usang mengenai diadakannya satu pernikahan masih menghantui. Beberapa orang, terutamanya golongan muda, masih berpikir untuk mengadakan pernikahan selaku jalan keluar atas semua kasus kehidupan. Seperti gelanggang pelarian untuk pergi dari beberapa masalah yang lagi ditemui. Ya, memang pernikahan ialah bahtera yang bawa manusia melalui utuhnya kehidupan. Tetapi, tidakkah melalui lautan harus bertemu dengan badai dan gelombang garang.

Tidak ada seorangpun yang tidak sepakat jika menikah ialah kejadian keramat. Manusia mengawalinya tidak dengan permasalahan, tetapi dengan karunia dan karunia. Dan mustahil ada di bumi ini, seorang nahkoda yang melaut cuman untuk menghindar garangnya topan badai. Jikapun begitu, bukan mustahil ia akan salah jalan dan kewalahan di tengah-tengah lautan.

Ada waktu di mana kita rasakan kosong yang mengagumkan hampa. Seolah-olah, segalanya jadi benar-benar rahasia dan tidak memiliki kandungan sedikitpun panduan akan apa yang berlangsung. Tiap kasus tiba silih bertukar : dari upah yang tidak juga meninggi sampai orang paling dekat yang malas pahami. Kisah keesokan hari terasanya demikian kabur tidak berpendar jelas sedikitpun. Di lain sisi, rekan-rekan mempunyai kasusnya sendiri. Tanpa kembali pelabuhan untuk bertumpu kecuali pasangan.

Pernikahan jadi jawaban yang demikian saja tampil. Satu kendaraan untukmu bawa pergi akan semua kasus yang menyelimutinya. Walau sebenarnya, bahtera rumah tangga bukan jawaban atas semua masalah yang menegur berganti-gantian. Didalamnya, gulungan ombak terus akan tiba mengadang. Berikut perangkap imajinasi yang cukup beresiko. Karena, manusia selalu cari jalan singkat. Cepat sampai sekalian cepat jemu.

Kasus yang berganti-gantian itu belum ditambah lagi desakan sosial dari orang sekeliling. Pernikahan seolah-olah cuman salah satu penanda kedewasaan. Ya, betul ada jika pelaminan akan bawa manusia pada perubahan personalitas. Tetapi, itu bukan salah satu. Nahasnya, beberapa orang menterjemahkan itu selaku yang khusus. Dan karena hanya pengin menjawab semua pertanyaan retoris itu, banyak pasangan selekasnya langsungkan pernikahan. Argumennya juga simpel

error: Content is protected !!